Shaheer Sheikh Berusaha Keras Belajar Bahasa Indonesia
TABLOIDBINTANG.COM - Shaheer Sheikh kembali ke Indonesia. Tokoh Arjuna di serial Mahabharata itu main sinetron Malaikat Tak Bersayap (ANTV).
“Saya anggap saya sangat beruntung selalu bisa kembali ke Indonesia untuk berkarya. Saya tidak pernah menyangka atau bermimpi. Waktu saya kembali ke India pada 2016 dan semua aktor India berdatangan ke Indonesia, saya pikir saya mungkin tidak akan ke sini lagi. Nyatanya saya masih diundang untuk datang, saya bersyukur. Padahal dulu, semua orang bilang saya maksimal bertahan di sini 1 sampai 1,5 tahun. Ya, paling lama 2 tahun. Karena menurut mereka, saya ini orang asing. Banyak kendala,” Shaheer membuka obrolan. Salah satunya adalah bahasa.
Setelah sukses Mahabharata (2014), dalam ajang reality show Indonesia Panah Asmara Arjuna (2014) dan sinetron Cinta di Langit Taj Mahal (2015) Shaheer menggunakan teknik alih suara. Menurutnya tidak memuaskan. Emosi dalam dialog tidak tertangkap sepenuhnya.
Di situlah ia memutuskan mendalami bahasa Indonesia, hanya berbekal kamus bahasa Inggris-Indonesia yang diberikan seorang kru ANTV.
“Tidak cukup waktu untuk les. Jadi saya belajar sendiri dari 2 tahun lalu. Setiap tidak syuting, saya baca apa saja dalam bahasa Indonesia lalu coba menerjemahkannya,” ungkap dia.
Bahkan saat pulang ke India pun, ia tetap membaca buku atau artikel dalam bahasa Indonesia.
Lalu datanglah tawaran film kolosal Maipa Deapati & Datu Museng akhir 2016. Tidak hanya dituntut berbahasa Indonesia fasih, ia harus berdialog dalam bahasa Makassar.
“Ini tidak mudah. Saya tidak boleh seperti orang India yang bicara dalam bahasa Indonesia. Karena Datu Museng ini seorang pejuang,” tutur kelahiran 26 Maret 1984 itu.
Syuting berlangsung 3 bulan di Makassar. Selama itu ia memperdalam lagi bahasa Indonesia dan mempelajari bahasa Makassar dengan bantuan seorang penduduk lokal.
“Pria ini bahkan bahasa Indonesianya kurang lancar. Setiap hari saya mengikuti orang ini untuk mempelajari bahasa Makassar. Mengikuti tiap ucapannya seperti anak kecil. Lalu sehari-hari saya memaksa diri saya bicara dalam bahasa Indonesia,” sambung Shaheer.
(val / gur)